Minggu, 06 Desember 2009

Road To Piala Dunia 2022

Sepak bola, olahraga yang sangat digandrungi dan terkenal di seluruh dunia. Olahraga yang berasal dari negara Britania Raya ini merupakan yang Nomor satu di dunia. Hampir seluruh masyarakat di berbagai belahan dunia menyukainya. Bahkan, sepak bola bukan hanya untuk kesehatan dan kesenangan belaka, olahraga yang dimainkan antara dua kesebelasan ini juga menjadi bahasa universal yang mempersatukan ras-ras di seluruh dunia. Kita tentu mengenal tim-tim hebat seperti Brazil, juara dunia 5 kali, Inggris dengan David Beckhamnya, Argentina dengan gol Tangan Tuhan Maradona, dan yang lainnya. Club sepakbola seperti Manchester United, Real Madrid, A.C. Milan, dan Club top Eropa lainya sudah tidak asing lagi di telinga kita.

Kita juga mengenal kompetisi-kompetisi atau turnamen-turnamen sepakbola yang mempertunjukkan pertandingan berkelas dunia. Kita tentu mengenal Seri A, dengan derby panas kota Milano, Liga Spanyol dengan el Clasico, dan Liga Champion Eropa yang mempertemukan clib-club terbaik Eropa. Namun, pesta olahraga yang paling terbesar sepanjang abad, tentu saja Piala Dunia.

Fifa World Cup, atau yang lebih akrab disapa Piala Dunia merupakan turnamen akbar sepak bola di seluruh dunia. Dimana 32 tim terbaik dari berbagai bilahan dunia bertanding untuk menjadi yang terbaik. Sepanjang turnamen ini berlangsung, Brazil menjadi pengumpul juara terbanyak dengan 5 kali juara dunia. Turnamen yang diadakan setiap 4 tahun sekali ini setiap pegelaranya menunjuk tuan rumah dari salah satu negara di dunia untuk menggelar perhelatan akbar ini. Banyak negara yang berebut ingin menjadi tuan rumah Piala Dunia agar dapat lolos secara otomatis ke putaran final Piala Dunia atau hanya sekedar membuat negara mereka menjadi terkenal dan meningkatkan pendapatan domestik.

Seperti yang telah kita tahu, Afrika Selatan adalah tuan rumah Piala Dunia 2010. Keberhasilan negeri Bafana-Bafana menjadi penyelenggara Piala Dunia mendorang negara-negara di dunia untuk menjadi tuan rumah berikutnya. Termasuk Indonesia.

Indonesia yang kita tahu memiliki sumber daya alam yang sangat berlimpah, namun sangat miskin prestasi olahraga, terutama sepak bolanya. Sejak dulu hingga sekarang, tim Garuda hampir tidak pernah mencicipi gelar-gelar bergengsi. Bahkan untuk Piala AFF saja, kita harus takluk oleh tim macam Singapura, Thailand dan Vietnam. Padahal, kompetisi liga sepakbola kita adalah yang terbaik di Asia Tenggara dan peringkat ke-8 di Asia.

Tidaklah heran apbila PSSI mendaftarkan diri sebagai calon tuan rumah Piala Dunia. Cukup lucu memang bahkan terkesan bunuh diri. Seperti yang telah kita tahu, tuan rumah Piala Dunia dari masa ke masa seluruhnya penghuni rangking 100, bahkan 50 dunia dan merupakan negara-negara maju dengan fasilitas penunjang yang sangat baik. Dari struktur liga domestic dan infrastruktur penunjang pertandingan, jelas lebih tersusun rapi dan sangat lengkap. Pemain-pemain mereka juga bermain di liga-liga top Eropa.

Mari kita evaluasi. Peringkat Indonesia di Rangking Fifa hanya menempati peringkat 100 ke bawah. Peringkat terbaik tim garuda pun tidak pernah sampai di atas 100 besar. Dari segi prestasi, tim kita benar-benar sangat minim. Untuk kompetisi antar Asia Tenggara saja, kita masih ketinggalan. Prestasi pun apalagi. Untuk Piala AFF, Piala Asia, Bahkan menjadi tamu di Turnamen Negeri orang kita tidak bias apa-apa. Maka apabila Indonesia berhasil menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022, ini merupakan sebuah prestasi karena untuk pertama kalinya negara dengan peringkat terendah menjadi tuan rumah Piala Dunia.

Selain itu, PSSI juga masih teresangkut kasus ketua mereka, Nurdin Halid yang pernah menekam di penjara akibat kasus korupsi. Ini jelas mencoreng nama Indonesia.
Berbicara tentang fasilitas, kita sudah pasti tertinggal. Status negara kita yang masih berkembang berakibat pada sarana prasarana publik. Di Indonesia, banyak sekali yang harus dibenahi. Dari transporasi, keamanan, kebersihan, dan lain-lain. Ini merupakan pekerjaan rumah paling penting. Karena tuan rumah Piala Dunia tahun-tahun sebelumnya merupakan negara-negara maju dengan segala fasilitas publik kelas satu.

Indonesia Super League, merupakan kompetisi terbesar di Indonesia, namun memiliki kekurangan yang banyak. Susunan jadwal pertandingan yang berantakkan merupakan contoh yang nyata. Banyak sekali pertandingan yang tidak dapat digelar karena masalah izin stadion dan infrastruktur klub yang belum memenuhi verifikasi menjadi penyebab utamanya. Serta seringnya kerusuhan antar suporter dan kurangnya fasilitas juga menjadi kekurangan lainnya. Bayangkan saja, untuk mengatur kompetisi domestik saja kita masih ketar-ketir, apalagi menyelenggarakan Piala Dunia?

Stadion juga menjadi masalah utama. Saat ini kita hanya memiliki Gelora Bung Karno dan 3 stadion yang bertaraf internasional. Sisanya masih dalam pembangunan dan tidak layak pakai. Namun kita masih bisa bernafas lega, karena pembangunan stadion baru sudah mulai berjalan dan dapat rampung tepat waktu sebelum pegelaran Piala Dunia 2022 dimulai. Walaupurn beberapa sektor penunjang masih ada yang harus dibenahi.

Suporter Indonesia memang terkenal fanatik. Bahkan menjadi peringkat ke-2 Asia setelah Jepang. Bahkan pemain-pemain asing yang pernah bermain di club-club Liga Super Indonesia atau tim luar yang pernah bertanding dengan Indonesia mengakui euforianya. Namun ada masalah yang sampai sekarang masih belum terselesaikan, yaitu kerusuhan. Inilah kelemahan supporter kita yang harus diselesaikan untuk menjadi sang tuan rumah.

Untuk kualitas pemain, jangankan bermain di liga Eropa, untuk bermain di liga top Asia saja tidak kesampaian. Hanya segelintir pemain yang pernah merumput di liga Eropa, itupun hanya dengan tim-tim semenjana dan dulu sekali. Sekarang kita hanya bias menjajal liga local seperti Liga Malaysia. Kurangnya jam terbang pemain inilah yang menjadi salah satu sebab rendahnya kualitas pemain kita.

Permasalahan yang selelu melanda negeri tercinta ini juga menjadi batu sandungan. Banyak sekali permasalahan di berbagai bidang, seperti polotik, ekonomi dan lainnya membuat persiapan Indonesia untuk menggelar turnamen empat tahunan ini terancam gagal. Banyak yang punya kuasa di negeri ini memilih menyelesaikan permasalahan yang lain ketimbang mendukung pencalonan untuk Piala Dunia 2022. Padahal merekalah yang dapat membantu dan mewujudkan terselenggaranya impian ini.

Melalui pemaparan ini, apabila kita ingin menyelenggarakan perhelatan akbar 4 tahun sekali ini, hendaklah kita mulai mengevaluasi dari dalam. Seperti pembenahan infrastruktur, fasilitas dan kualitas yang masih kurang. Karena dengan kita bisa mengatur yang kecil, bukan tidak mungkin kita bisa mengatasi yang besar. Apalagi animo masyarakat menyambut Piala dunia untuk pertama kalinya di Asia Tenggara sangat besar. Dengan semangat, usaha yang gigih dan dukungan seluruh pihak, bukan tidak mungkin negeri tercinta ini dapat meraih impian yang selalu didam-idamkan oleh negara di seluruh dunia, menjajal kemeriahan Piala Dunia. Bravo sepak bola Indonesia!